Post Format

Hidup Selaras Dan Menghormati Semua Ciptaan Yang Ada Di Alam

Perbudakan

Ada sebuah cerita dari teks spiritual Zhuang Tzu: dewa sungai bertanya kepada dewa laut: “Apakah alam itu? Apakah manusia itu?” Dan dewa laut menjawab, “Seekor kuda berlari dengan empat kakinya. Itulah alam. Dia yang memasang tali kekang, mengikatnya di satu tempat, dan memaksanya bekerja keras itulah manusia.” (dari bab berjudul ‘Banjir Musim Gugur’ di teks Zhuang Tzu). Kita tidak mengikuti cara alam bekerja. Kita ingin mengikat ini atau menangkap itu. Kita melubangi hidung seekor sapi dan menariknya dengan tali yang diikat pada cincin dihidungnya. Seekor anak sapi tidak terlahir dengan hidung berlubang ataupun tali. Hal-hal itu datang dari manusia.

Manusia kemudian juga melubangi hidung sesama manusia dan menguasai mereka.

Tentu saja! Makhluk hidup sudah utuh sepenuhnya ketika Tuhan memberinya kehidupan. Dia berlari, makan dan tidur kapanpun dia mau; dia mati ketika waktunya tiba dan berkelahi ketika situasi mengharuskannya. Tetapi manusia menangkapnya, melubangi hidungnya, mengendalikan dan memerintahnya untuk melakukan ini dan itu. Setelah melakukan hal-hal seperti itu berulang-ulang, manusia kemudian juga melubangi hidung sesama manusia dan menguasai mereka. Itu telah terjadi sebelumnya.

Tuhan tidak pernah meminta kita untuk berperilaku seperti ini.

Di masa lalu, bukankah orang-orang berkulit putih, yang disebut “lebih pandai” dan “lebih beradab” menangkapi orang-orang berkulit hitam atau orang-orang lainnya yang hidup di negara-negara terbelakang? Mungkin mereka tidak melubangi hidung para tawanan mereka, meskipun demikian mereka tetap membuat para tawanannya menderita. Kadang-kadang mereka mengecap para tawanan dengan besi panas, mengguratkan nomor atau tanda di hidung atau dahi para tawanan untuk memberi tanda bahwa mereka adalah budak atau pelayan, ataupun untuk memberi tanda kelompok atau orang kaya mana yang memiliki para budak itu. Itu sudah memperlakukan mereka sebagai binatang! Ini yang kita sebut manusia. Tuhan tidak pernah meminta kita untuk berperilaku seperti ini.

Manusia memperlakukan manusia lainnya lebih buruk daripada hewan memperlakukan hewan lainnya.

Tuhan tidak menciptakan orang-orang berkulit hitam untuk menjadi budak bagi orang-orang berkulit putih. Orang-orang berkulit hitam hidup di Afrika tanpa berbaur dengan orang-orang berkulit putih. Mereka tidak punya maksud apapun untuk mengganggu orang-orang kulit putih. Apakah ada yang pernah membaca buku Roots yang ditulis oleh Alex Haley, tentang kehidupan seorang budak Afrika? Buku itu menelusuri perjalanan sang budak dari penangkapan di Afrika sampai ke Amerika Serikat, dimana dia memiliki anak yang berpartisipasi dalam revolusi untuk mendapat persamaan hak sebagai manusia. Buku itu sangat tebal dan menceritakan kisah nyata yang paling menyedihkan. Manusia memperlakukan manusia lainnya lebih buruk daripada hewan memperlakukan hewan lainnya.

Tetapi sekali kita terbiasa pada kelakuan itu, hati kita menjadi tumpul dan tidak sensitif, dan kita tidak lagi memahami arti dari kekejaman dan kasih sayang.

Hewan tidak berperilaku sebagaimana manusia. Selain dari sesekali berkelahi untuk pasangan atau wilayah, mereka tidak bertindak kejam kepada jenisnya. Hewan bukanlah manusia, sementara itu kita memandang rendah mereka dan menyebut mereka binatang, memberi hak bagi manusia untuk berlaku biadab kepada mereka. Kita adalah manusia, jadi bagaimana bisa kita berlaku seperti itu? Tetapi sekali kita terbiasa pada kelakuan itu, hati kita menjadi tumpul dan tidak sensitif, dan kita tidak lagi memahami arti dari kekejaman dan kasih sayang.

Oleh Supreme Master Ching Hai, 27 Desember 2007. Dalam retret internasional 4 hari di Paris, Perancis. 

Leave a Reply

Required fields are marked *.