Tanya: Apakah semua vegan/vegetarian itu Anti Daging?
Bila pengertian ‘anti’ disini adalah tidak makan daging, maka itu benar. Tetapi bila makna ‘anti’ tersebut adalah ‘tidak suka’, maka jawabannya tidak juga.
Ada kesalahpahaman dalam masyarakat bahwa seorang vegan/vegetarian adalah orang yang tidak suka daging. Lho? Kok bisa? Mari saya jelaskan. Kapan atau di usia berapa seseorang berhenti makan daging akan mempengaruhi ‘suka’ atau tidaknya dia pada daging. Apabila sebelum menjadi vegan, orang tersebut seorang penggemar daging, maka dia sangat mungkin masih suka daging meskipun telah menjadi vegan. Saya membaginya dalam dua kategori.
1. Vegan sejak lahir
Ada orang-orang yang memang dilahirkan di keluarga vegan/vegetarian. Sejak lahir mereka tidak pernah bersentuhan dengan makanan-makanan yang terbuat dari daging hewan. Orang-orang seperti ini secara alami akan anti daging, mereka tidak tahan dengan bau maupun rasa daging hewan. Ada dari mereka yang bisa muntah ketika mencicipi, atau bahkan hanya dengan mencium bau daging.
Ada juga orang bukan vegan tetapi terkondisi untuk tidak makan daging, misalnya orang-orang yang besar di pedesaan. Salah satu karyawan adik saya yang berasal dari sebuah desa di Probolinggo tidak bisa makan daging hingga sekarang. Dia tidak tahan dengan baunya. Di desanya telur saja sudah termasuk makanan mewah, apalagi daging ayam, sapi dan lain-lain. Karena tidak biasa itulah dia jadi tidak suka daging. Dia lebih suka tahu tempe dan sayur-sayuran karena itulah makanan yang biasa dia makan sejak lahir.
2. Vegan di usia remaja atau dewasa
Saya termasuk kategori ini. Saya memilih untuk menjadi vegetarian di usia ke dua puluh. Saya memilih secara sadar karena saya paham bagaimana pola makan daging saya menyebabkan penderitaan bagi hewan, bagi manusia, dan bagi lingkungan kita. Saya juga ingin hidup sehat karena sejak kecil saya sudah banyak menyumbang uang bagi para dokter langganan saya. Tidak hanya menghabiskan uang, saya juga tidak suka sakit karena sakit itu menderita.
Bagi orang-orang yang menjadi vegan di pertengahan hidupnya seperti saya, butuh perjuangan untuk benar-benar lepas dari bayang-bayang kenikmatan daging yang mereka nikmati di masa lalu. Sama halnya dengan kebiasaan orang Indonesia untuk makan nasi, sulit untuk diubah. Kalau belum makan nasi serasa belum makan. Itulah yang dialami sebagian orang yang memilih menjadi vegan di pertengahan hidupnya. Bayang-bayang nikmatnya menu-menu daging masih membekas dalam benak mereka. Mereka perlu sedikit beradaptasi dengan mental berpikir dan lingkungan sosialnya.
Dari pengalaman saya pribadi, saya masih tergoda dengan iklan-iklan makanan di televisi, saya tergoda dengan aroma soto atau bakso yang teman-teman saya nikmati di kos dulu, saya tergoda dengan aroma masakan rumah favorit yang dimasak ibu saya setiap saya pulang ke rumah di waktu kuliah dulu, dan lain-lain. Tetapi… Saya sadar dan paham akan pilihan saya, hal itulah yang membuat saya terus berjalan di pilihan vegan ini. Godaan makanan-makanan lezat, pertentangan dari keluarga, olokan dari teman-teman bisa saya hadapi dengan bijak. Kuncinya adalah fokus dan menyadari apa yang memotivasi saya mengambil pilihan ini. Ketika melihat hidangan-hidangan lezat di meja makan, saya mengingatkan diri sendiri bagaimana hidangan-hidangan itu menyebabkan penderitaan bagi hewan, bagaimana pola makan daging menyebabkan kerusakan alam, menyebabkan kelaparan bagi saudara-saudara manusia kita, dan lain-lain. Seketika itu saya bisa mengerem niat saya untuk makan daging.
Hampir semua teman-teman vegan saya adalah orang-orang yang memilih menjadi vegan di pertengahan hidupnya seperti saya. Dan saya bisa mengkonfirmasi bahwa 90% dari mereka mengalami apa yang saya alami. Hanya 10% dari mereka yang mendadak tidak suka daging ketika mereka memilih untuk menjadi vegan.
Jadi… apabila dalam perjalanan Anda menjadi vegan/vegetarian, Anda tergoda dengan menu daging di televisi ataupun yang ada di depan Anda, jangan khawatir, itu hal yang sangat normal. Jalani saja proses tersebut, kuatkan diri Anda. Akan tiba saatnya Anda terbiasa untuk mengendalikan diri Anda.
Sangat wajar apabila orang vegan/vegetarian ‘masih suka’ daging. Kuncinya bukan pada suka dan tidak suka, tetapi bagaimana kita mengendalikan diri. Ada begitu banyak kenikmatan dunia lainnya yang negatif. Bukankah kita juga mengendalikan diri kita untuk menjauhi hal-hal tersebut?
Dan saya akan kembali mengingatkan: ‘Orang yang luar biasa adalah orang yang mampu mengendalikan diri sendiri, bukan mengendalikan orang lain’. Menghentikan kecanduan rokok, alkohol, pornografi, dan segala hal negatif lainnya yang sudah menjadi kebiasaan kita sangatlah sulit. Tetapi kita baru akan menjadi pemenang sejati ketika kita mampu mengendalikan diri sendiri.
Ayo Vegan, Wujudkan Perdamaian! :)
2 comments