Permalink

“Berkunjunglah ke rumah jagal. Ada aura kesedihan dan penderitaan yang tidak dapat Anda rasakan hanya dengan menonton video. Dengarkanlah teriakan ketakutan dan tangisan pilu para hewan disana. Lihatlah cucuran darah segar dan organ tubuh hewan yang terburai dimana-mana.
 
Kemudian renungkanlah… Lebih menyerupai situasi apakah rumah jagal itu? Surga? Atau Neraka?”

hiduplebihmulia.com

Permalink

“Tanyakan kepada ilmuwan yang melakukan uji coba pada hewan mengapa mereka melakukannya, jawaban mereka adalah: ‘Karena hewan itu sama seperti kita.’ Tanyakan pada mereka mengapa percobaan pada hewan dapat diterima secara moral, jawaban mereka adalah: ‘Karena hewan itu tidak sama dengan kita.’ Dasar uji coba pada hewan adalah logika yang sangat berkontradiksi.”

Profesor Charles R.Magel

Permalink

Sapi Yang Menangis

Sapi yang menangis

Kisah nyata berikut ini diceritakan oleh Ajahn Brahm dalam buku ‘Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya’.

Saya tiba lebih awal untuk memimpin kelas meditasi di sebuah penjara dengan pengamanan minim. Seorang narapidana yang tak pernah saya jumpai sebelumnya, telah menunggu untuk berbicara dengan saya. Dia seorang manusia sebesar raksasa dengan rambut seperti semak belukar, berjanggut, dengan lengan penuh tato; bekas-bekas luka di wajahnya memberitahu saya bahwa dia telah mengalami banyak perkelahian sadis. Dia terlihat begitu menakutkan sampai-sampai saya heran kenapa dia datang untuk belajar meditasi. Dia bukan jenis orang yang belajar meditasi. Tentu saja saya salah.

Baca Lanjutannya…

Permalink

Aku tidak mengerti mengapa meminta seseorang untuk menjalani pola makan vegetarian yang seimbang dianggap sebagai sesuatu yang terlalu ‘drastis’, sementara itu melakukan bedah jantung pada seseorang dan selanjutnya mengharuskan orang itu memakan obat penurun kolesterol hingga akhir hayatnya dianggap ‘biasa’ dalam dunia medis.

Dean Ornish

Permalink

Hidup Selaras Dan Menghormati Semua Ciptaan Yang Ada Di Alam

Perbudakan

Ada sebuah cerita dari teks spiritual Zhuang Tzu: dewa sungai bertanya kepada dewa laut: “Apakah alam itu? Apakah manusia itu?” Dan dewa laut menjawab, “Seekor kuda berlari dengan empat kakinya. Itulah alam. Dia yang memasang tali kekang, mengikatnya di satu tempat, dan memaksanya bekerja keras itulah manusia.” (dari bab berjudul ‘Banjir Musim Gugur’ di teks Zhuang Tzu). Kita tidak mengikuti cara alam bekerja. Kita ingin mengikat ini atau menangkap itu. Kita melubangi hidung seekor sapi dan menariknya dengan tali yang diikat pada cincin dihidungnya. Seekor anak sapi tidak terlahir dengan hidung berlubang ataupun tali. Hal-hal itu datang dari manusia.

Baca Lanjutannya…