“Berkunjunglah ke rumah jagal. Ada aura kesedihan dan penderitaan yang tidak dapat Anda rasakan hanya dengan menonton video. Dengarkanlah teriakan ketakutan dan tangisan pilu para hewan disana. Lihatlah cucuran darah segar dan organ tubuh hewan yang terburai dimana-mana.
Kemudian renungkanlah… Lebih menyerupai situasi apakah rumah jagal itu? Surga? Atau Neraka?”
Category Archives: Kutipan
“Tuhan mencintai burung-burung dan menciptakan pepohonan. Manusia mencintai burung-burung dan menciptakan kurungan.”
“Manusia berdoa memohon diberi ampunan dan kemurahan hati, tetapi manusia tidak mau memberikannya kepada makhluk lain. Lantas mengapa manusia mengharapkannya dari Tuhan? Adalah tidak adil untuk mengharapkan sesuatu yang tidak ingin kau berikan.”
“Pertanyaannya bukanlah apakah mereka (hewan) dapat berargumen, bukan juga apakah mereka dapat berbicara. Tetapi apakah mereka dapat menderita?”
“Tanyakan kepada ilmuwan yang melakukan uji coba pada hewan mengapa mereka melakukannya, jawaban mereka adalah: ‘Karena hewan itu sama seperti kita.’ Tanyakan pada mereka mengapa percobaan pada hewan dapat diterima secara moral, jawaban mereka adalah: ‘Karena hewan itu tidak sama dengan kita.’ Dasar uji coba pada hewan adalah logika yang sangat berkontradiksi.”
Seseorang berkata padaku, “Bagaimana rasa ‘makanan kelinci’ (sayuran) yang kau makan?” Aku jawab, “Baik, dan bagaimana rasa ‘makanan burung bangkai’ (daging) yang kau makan?”
* (daging=bangkai hewan)
Selama manusia masih menumpahkan darah dari makhluk-makhluk yang tidak berdosa, maka tidak akan ada kedamaian, kebebasan, dan keharmonisan di antara umat manusia. Pembantaian dan Keadilan tidak dapat berjalan bersama-sama.
Sapi Yang Menangis
Kisah nyata berikut ini diceritakan oleh Ajahn Brahm dalam buku ‘Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya’.
Saya tiba lebih awal untuk memimpin kelas meditasi di sebuah penjara dengan pengamanan minim. Seorang narapidana yang tak pernah saya jumpai sebelumnya, telah menunggu untuk berbicara dengan saya. Dia seorang manusia sebesar raksasa dengan rambut seperti semak belukar, berjanggut, dengan lengan penuh tato; bekas-bekas luka di wajahnya memberitahu saya bahwa dia telah mengalami banyak perkelahian sadis. Dia terlihat begitu menakutkan sampai-sampai saya heran kenapa dia datang untuk belajar meditasi. Dia bukan jenis orang yang belajar meditasi. Tentu saja saya salah.
Aku tidak mengerti mengapa meminta seseorang untuk menjalani pola makan vegetarian yang seimbang dianggap sebagai sesuatu yang terlalu ‘drastis’, sementara itu melakukan bedah jantung pada seseorang dan selanjutnya mengharuskan orang itu memakan obat penurun kolesterol hingga akhir hayatnya dianggap ‘biasa’ dalam dunia medis.
Hidup Selaras Dan Menghormati Semua Ciptaan Yang Ada Di Alam
Ada sebuah cerita dari teks spiritual Zhuang Tzu: dewa sungai bertanya kepada dewa laut: “Apakah alam itu? Apakah manusia itu?” Dan dewa laut menjawab, “Seekor kuda berlari dengan empat kakinya. Itulah alam. Dia yang memasang tali kekang, mengikatnya di satu tempat, dan memaksanya bekerja keras itulah manusia.” (dari bab berjudul ‘Banjir Musim Gugur’ di teks Zhuang Tzu). Kita tidak mengikuti cara alam bekerja. Kita ingin mengikat ini atau menangkap itu. Kita melubangi hidung seekor sapi dan menariknya dengan tali yang diikat pada cincin dihidungnya. Seekor anak sapi tidak terlahir dengan hidung berlubang ataupun tali. Hal-hal itu datang dari manusia.